Ilustrasi. Sebuah studi anyar mengungkapkan jumlah produksi sperma pria secara global menurun hingga lebih dari 62 persen selama periode tahun 1973 hingga 2018. (iStock/Diy13)
Jakarta, CNN Indonesia --
Sebuah penelitian anyar mengungkapkan jumlah sperma pria secara global telah menurun lebih dari 62 persen sejak tahun 1973 hingga 2018. Hal ini dianggap mengkhawatirkan karena disebut dapat menyebabkan krisis reproduksi.
Lebih detail, studi yang diterbitkan dalam jurnal Human Reproduction Update ini menemukan bahwa konsentrasi sperma di kalangan pria turun sebanyak 51 persen. Yakni, dari 101,2 juta menjadi 49 juta sperma per mililiter dalam periode yang sama.
Kendati demikian, angka tersebut masih di atas rata-rata jumlah sperma ideal berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni 15 juta per mililiter. Jika seorang pria memiliki jumlah sperma di bawah angka tersebut, ia dianggap memiliki konsentrasi sperma yang rendah.
Ketua studi sekaligus profesor dari Hebrew University Hagai Levine mengatakan meski masih berada di atas angka yang ditetapkan WHO, namun penurunan tersebut masih terbilang mengkhawatirkan.
"Kita memiliki masalah serius yang jika tidak diatasi dapat mengancam kelangsungan hidup umat manusia," kata ahli epidemiologi tersebut dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dikutip dari New York Post.
Penelitian yang berisi data selama 7 tahun tersebut mencakup 53 negara dan mengamati 223 studi berdasarkan sampel sperma lebih dari 57.000 pria.
Penyebab menurunnya jumlah produksi spermaBeberapa peneliti dari negara lain yang ikut bergabung dalam studi tersebut mempelajari tren jumlah sperma di area-area yang belum pernah ditinjau sebelumnya.
Hingga saat ini, menurut Levine, belum ada bahasan mengenai apa yang menjadi penyebab penurunan jumlah produksi sperma tersebut.
Ilustrasi. Ada banyak hal yang bisa menurunkan produksi jumlah sperma. (Istockphoto/BlackJack3D)
Namun, beberapa penelitian lain telah mengaitkan penurunan jumlah sperma dengan beberapa hal berikut:
- obesitas,
- gaya hidup sedentari,
- kebiasaan merokok,
- paparan bahan kimia dan pestisida, dan
- faktor-faktor lainnya.
Penelitian ini juga menjadi alarm bagi kesehatan reproduksi pria secara menyeluruh. Pasalnya, jumlah sperma yang rendah dikaitkan juga dengan peningkatan risiko penyakit kronis, kanker testis, dan penurunan angka harapan hidup.
Selain itu, hal ini juga tentu akan berpengaruh terhadap kesuburan pria. Mengutip penelitian lain, Levine mengatakan bahwa angka kesuburan akan mulai menurun saat konsentrasi sperma berada di bawah 40 juta per mililiter.
"Tren penurunannya sangat jelas. Penemuan ini adalah temuan yang luar biasa dan saya merasa bertanggung jawab untuk mengirimkannya ke dunia. Penurunannya sangat nyata dan tampaknya semakin cepat," ucap Levine.
(del/asr)
[Gambas:Video CNN]